Thursday 10 January 2013

Hakekat Seni dan Peranannya dalam Masyarakat
Seni adalah ”kegiatan untuk menciptakan sesuatu yang dapat dipahami oleh perasaan manusia: bentuknya dapat berupa lukisan, patung, arsitektur, musik, drama, tari, film, dan sebagainya” (Langer, 1994). Pernyataan ini dapat diasumsikan bahwa karya seni pada dasarnya adalah hasil ciptaan karya manusia yang memuat segala macam obsesi atas penglihatan terhadap fenomena alam yang ada di sekitarnya, dan dalam eksekusinya diperlukan suatu keahlian khusus seperti hasrat seni atau jiwa seni dari sang pencipta termasuk cara pengolahan unsur-unsur yang menyertainya, hingga orang lain yang melihat dapat menikmati dan merasakan apa yang menjadi obsesi dari seniman atau sang pencipta tersebut. Dalam mewujudkan hal tersebut, tentu perlu adanya suatu media atau medium sebagai penjelas dari makna seni yang akan ditampilkan, hingga hasilnya nanti dapat dirasakan oleh orang lain sebagai penikmatnya. Beragam medium seni telah  lahir dari ide para kreatornya hingga hasilnya nanti membentuk suatu klasifikasi tersendiri dari setiap karakter yang akan ditampilkan atau divisualisasikan kepada masyarakat sebagai penikmatnya seperti seni tari, seni musik, seni karawitan, seni rupa-desain dan seni teater, dimana kesemuanya itu akan selalu bersinggungan dengan proses kehidupan manusia dalam melahirkan peradaban dunia.
Kata seni teater dimana dalam operasionalisasinya dipentaskan secara langsung serta dinikmati selama berlangsungnya pementasan itu, oleh orang-orang khusus akan dikembangkan lagi dengan bantuan peralatan teknologi perekaman gambar bergerak berikut suaranya dan hal ini bisa diciptakan di masa era modern melalui peralatan teknologi kamera film ataupun teknologi kamera video hingga bisa menghasilkan suatu rekaman illustrasi sebagai hasil duplikasi menyerupai dari aslinya. Hasil rekaman itu merupakan suatu penggambaran dari suatu peristiwa asli dengan perkayasaan pengadegannya hingga mengandung runutan alur cerita berdasarkan rancangan yang telah dibuat sebelumnya hingga menghasikan suatu cerita utuh  dimana tadinya hanya sekedar dilihat secara langsung dalam pementasan terbuka, kini dapat dialihkan dengan media perekaman dan hasilnya dapat dilihat kembali setelah dilakukan pengeditan atau perekayasaan gambar dengan menyertakan beberapa efek khusus di dalamnya sampai akhirnya lahirlah sebuah karya film yang bisa ditonton setiap waktu secara berulang-ulang dan kehadirannya dari waktu ke waktu akan mengalami teknik penyempurnaan seiring berkembangnya perangkat teknologi sebagai alat perwujudannya hingga menghasilkan karya-karya spektakuler yang tak akan terbayangkan oleh kita pada keadaan sebelumnya dan  sampai kini keberadaanya makin disukai oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam perspektif karya ”Audio Visual”, hakekat seni semakin nyata dibutuhkan dalam proses berjalannya suatu kehidupan di masyarakat dan para kreatornya akan selalu dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan karya-karya ke arah lebih dinamis dan atraktif seiring dengan perkembangan teknologi yang menyertainya, bahkan karya seni jenis ini mendapat posisi utama oleh media sebagai unsur yang dapat mempengaruhi para pemirsa atau penikmat hingga pada akhirnya karya ini dapat memprovokasi massa untuk mau mengikuti pesan apa dibalik dari deretan gambar berkesinambungan itu yang telah dipublikasikan melalui media audio visual ke dalam lingkungan masyarakat. Ketika memasuki abad millenium ketiga, dimana dunia informasi dengan didukung kecanggihan dari perangkat teknologi telah masuk ke dalam relung-relung kehidupan manusia, hingga keberadaan suatu ”informasi” hasil kolaborasi seni dan teknologi diperlakukan sebagai suatu produk industri media dalam lingkunganmasyarakat modern, dimana keberadaannya dapat mempengaruhi dan merubah pradigma masyarakat tentang melihat suatu kehidupan di berbagai belahan dunia dalam satu ruangan tertutup sekalipun, apa yang telah kita utarakan itu tidak pernah terbayangkan pada proses kehidupan sebelumnya.

Kencangnya arus ”globalisasi” yang melanda ke seluruh dunia dan diiringi dengan tingginya peran teknologi informasi dalam kehidupan manusia, hingga peradaban manusia berada pada titik kulminasi yang membanggakan. ”Dunia modern” dengan segala macam atributnya, yang kala itu hanya sebagai suatu wacana saja dalam setiap kesempatan, kini telah menjadi suatu kenyataan. Kehadiran peralatan berteknologi serba canggih telah menyusup dan menjadi bagian dari aktifitas kehidupan melalui terbentuknya jaringan media yang terintegrasi itu, secara tidak langsung akan berdampak pada terciptanya peradaban dunia dan isinya ke arah lebih baik. ”Awalnya bahwa dunia sangat luas dan untuk berkomunikasi tentunya diperlukan waktu yang panjang dan berliku-liku dalam proses operasionalnya. Namu hal itu semua bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat dan mengisyaratkan seolah-olah dunia ini telah menjadi dalam satu genggaman tangan” (Sachari, 2007). Pandangan ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa, teknologi dengan berbagai  macam kecanggihannya yang terlahir, akan membawa arus informasi dunia dan komunikasi antar negara lewat satelit komunikasi telah menyebarkan berbagai macam peristiwa melalui jaringan cyber virtual digital yang terhubung dengan negara satu dan negara lainnya secara on line, hingga arus informasi yang terhubung melalui jaringan media itu sulit dibendung lagi penyebarannya. Berangkat dari sinilah suatu informasi yang membawa suatu peristiwa dari berbagai macam wilayah itu, dalam waktu bersamaan dapat diakses dan dilihat secara virtual menyeruapai bentuk  alsinya pada  setiap negara dengan memakai peralatan teknologi multimedia.
Peranan seni semakin diakui eksistensinya ketika industri media menjadi bagian penting dalam proses kehidupan manusia pada era modern. Eksistensi industri media semakin dipercaya fungsinya ketika teknologi informasi yang mengusung dengan kecanggihan teknologi berada di belakangnya. Industri media makin berkibar peranannya ketika melahirkan gambar-gambar yang spektakuler hasil perekayasaan yang mengusung imajinasi tinggi para perancangnya baik secara Visual (statis/diam) dalam bentuk majalah, tabloid, koran, billboard dan display maupun secara Audio Visual (dinamis/bergerak) dalam bentuk video, televisi dan film. Dari kedua media tersebut, media Audio Visuallah yang paling digemari oleh masyarakat hingga peran televisi tak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, meskipun bentuk lain semacam karya film dan karya video tidak lepas dari penglihatannya. Mengapa keberadaan televisi telah mendapatkan tempat di hati masyarakat, hal ini dikarenakan televisi dianggap sebagai salah satu media yang memberikan informasi secara aktual dan faktual tercepat dalam penyebarannya dan sekaligus sebagai sarana hiburan termurah dan menarik yang mampu menyedot jutaan permirsa daripada media sebelumnya. Tidak heran jika televisi dijadikan media pilihan utama oleh kelompok-kelompok tertentu dalam mempengaruhi massa untuk percaya dan mendukung kepentingan kelompoknya, bahkan para elite politik dan pemerintahpun tak lepas dari peran media dari kotak kecil yang berintelijen tinggi itu.
Karena dalam orientasi dan operasionalnya televisi dianggap sebagai alat yang ampuh untuk memprovokasi massa, agar mengikuti apa yang akan direncanakan dibalik dari tayangannya. Lihatlah pemberitaan melalui televisi tentang kotornya pelaksanaan Pilkada, maraknya korupsi tanpa tidakan hukum yang tegas, tawuran antar warga, iklan televisi yang terkadang over acting, iklan pemilu yang bikin kita bingung memilihnya akibat kegombalan dari jurkamnya serta sederetan acara yang lain berseliweran dari menit ke menit tak luput dari penglihatan pemirsa tiap hari. Dari beberapa fakta tersebut, sangat wajarlah bila banyak pihak yang mengkhawatirkan akan perkembangan mutu rancangan program acara televisi yang tidak memperhatikan rambu-rambu “kode etik penyiaran” sehingga hasil tayangannya akan berdampak negatif bagi kalangan pemirsa
Pengembangan Sosial.
Kegiatan berolah seni dapat mengembangkan sikap dan perilaku anak dalam bersosialisasi dengan orang lain atau lingkungan (dalam keluarga/masyarakat). Selain itu peserta didik termotivasi untuk dapat berorganisasi atau bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain atau karya orang lain. Sikap dan perilaku ini dalam pendidikan seni dilatih untuk peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya, sebab dalam proses kehidupan seni (baik praktik maupun teori) akan terjadi komunikasi dengan masyarakat (sebagai pelaku, penikmat bahkan pendidik). Dengan kemampuan sosial peserta didik dilatih untuk memahami segala situasi dan kondisi yang dialami sebagai hal yang positif (adversity quotient) merupakan landasan dasar untuk mengembangkan kepribadian.
SENI SEBAGAI ALAT EKSPRESI
    Fungsi seni sebagai alat ekspresi merupakan fungsi yang utama dari kehadirannya. Pernah dalam suatu masa, fungsi ini merupakan fungsi yang sangat ditonjolkan, bahkan mutlak, tidak dapat dicampuri oleh fungsi-fungsi yang lain. Seakan-akan merupakan hal yang tabu bilamana seni itu dicampuri dengan soal dan masalah lain.
    Seni sebagai satu-satunya alat untuk mengekspresikan isi hati seniman, agar dapat diterima oleh masyarakat penikmat, sejak kelahirannya yang pertama hingga sekarang mengalami perkembangan. Dari mula-mula yang primitif hingga sekarang seni modern. Namun fungsi utama ini tetap tidak pernah berubah, semakin terampik dan berbakat seorang seniman menggunakan seni untuk mengekspresikan isi hatinya, semakin tinggi dan bermutu seni yang ia hasilkan dan semakin besar pula nama seniman itu. banyak nama-nama besar, baik dalam bidang seni rupa, musik, tari, karawitan, pedalangan maupun sastra, yang merupakan seniman dengan ketrampilan dan bakatnya dalam mengekspresikan jiwanya melalui seni. Jadi kebesaran para seniman itu selalu terletak pada fungsi seni.
    Manusia mengenal berbagai alat ekspresi. Alat ekspresi yang mengandung unsur artistik itu adalah seni sedangkan yang tidak mengandung dan mengutamakan unsur artistik adalah non seni. Berbagai alat ekspresi itu pada dasarnya adalah isyarat. Isyarat itu dapat menggunakan badan atau diri manusia itu sendiri dan isyarat yang menggunakan peralatan.
    Adapun isyarat-isyarat yang menggunakan badan manusia itu sendiri misalnya dengan mengeluarkan suara seperti bersiul, berteriak, berkata. Dengan menggerakkan badan seperti melambai, menggeleng, menginjak-injakkan kaki dan menari. Isyarat yang menggunakan alat misalnya memukul-mukul sesuatu, meniup sesuatu dan sebagainya.
    Apabila sarana-sarana ekspresi itu disertai unsur artistik maka terjadilah seni, misalnya berkata yang disertai unsur artistik akan menjadi sastra, baik secara tertulis maupun diucapkan. Berbunyi yang disertai dengan unsur artistik akan melahirkan musik dan nyanyi. Gerakan yang disertai unsur artistik akan melahirkan tari.
    Demikianlah seni sebagai alat ekspresi, telah membawa seniman ke puncak kebesarannya. Dan sebaliknya, berkat seniman yang memanfaatkan seni untuk alat ekspresinya, maka seni menjadi meningkat makin maju dan bermutu tinggi.
Seni dan olahraga menjadi alat mempererat tali persaudaraan
NurSyammenambahkanperhelatan PORSADIN memilikiartipenting, khususnyabagiseluruhpengeloladanpenyelenggarapendidikandiniyahsebagaiajangkompetisidanmengujikemampuansantridalambidangolahragadanseni, termasuksebagaiajangsilaturrahmidanpenyambungtaliperekatpersaudaraan.
Acarapembukaan PORSADIN II inidihadiriKasubditPendidikan Madrasah DiniyahTakmiliyahKemenagMamatSalamatBurhanuddin, DirekturPendidikanDiniyahdanPondokPesantren Ace SaefuddinKemenag, KakanwilKemenagJawa Barat Saeroji, Bupati Bogor RachmatYasin, dansejumlahbupatidanwalikota di Jawa Barat, termasukhadirKetua Forum KomunikasiDiniyahTakmiliyah (FKDT) Jawa Barat Asef Ely GunawandanKetuaUmum FKDT Soemitro.
Soemitromenjelaskan PORSADIN II merupakanseleksibagisiswa-siswidiniyahJawa Barat untukmengikuti PORSADIN tingkatnasional yang akandigelarpada September 2013. Perhelatandiikutimuriddiniyahdari 26 kabupatendankotaJawa Barat. Cabang yang akandilombakandalam PORSADIN II ini, lombamemnaca al-Quran, CerdasCermat, Kaligrafi, Olahraga Futsal danlainnya.
Seni dan budaya sebagai media pemersatu bangsa
Globalisasi telah menjadi kenyataan yang tak terelakan. Dalam konteks percaturan budaya global, kesadaran untuk mempertanyakan isentitas justru semakin besar. Inilah hal yang mengiringi wacana tentang identitas (budaya) dalam globalisasi ini.
Dalam arus besar ini, kesenian lokal yang sekaligus sebagai corong penanaman nilai-nilai atau konsepsi-konsepsi sebagai satu unsur dalam kebudayaan lokal akan semakin tersisihkan. Apalagi yang terjadi pada generasi muda, kebudayaan barat akan semakin menindih kebudayaan lokal kita dalam diri mereka.
Maka tidak heran jika sosok yang kita hadapi sehari-hari dilingkungan kita adlaha sosok yang tidak teridentifikasi sebagai anak bangsa ini (gaya bicara, kosa kata: semisal, “bajingan” dalam satu syair lagu populer, sopan santun, keramah tamahan, pola pikir, cara berpakaian dan lain sebagainya).
Hal yang harus dilakukan dalam menghadapi ini adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa kekuatan lokal dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa global) maupun global culture (budaya global). Kenyataan semacam itu hanya mungkin jika tumbuh kesadaran untuk terus menerus membangun dialog, baik dalam skala personal maupun komunal, antara yang lokal dan yang global, antara yang traadisi dengan yang modern, dengan tendensi untuk saling melengkapi, dan saling memperkaya.
Nah, seni dalam jenis dan sifatnya adalah tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup. Seni berkaitan dengan konsepsi ruang, waktu dan keadaan. Maka seni selalu memunculkan nilai-nilai atau konsepsi-konsepsi yang ada dalam lingkungan di mana ia berada. Di seluruh Indonesia terdapat ratusan nilai atau konsepsi semacam ini. Di Jawa ada beberapa jenis nilai seperti tersebut diatas yang sering diangkat sebagai tema karya seni. Di antara nilai-nilai itu termasuk prinsip rukun, prinsip hormat, prinsip mamayu hayuning bawana, mamayu hayuning bangsa, adigang adiguna sikap yang sombong, aja dumeh (jangan sok), ngono yo ngono (begitu ya begitu tetapi jangan begitu) dan lain sebagainya.
Nilai-nilai atau konsepsi-konsepsi yang terhadirkan dalam setiap tampilan kesenian, akan memasuki relung-relung hati setiap manusia yang terlibat dalam peristiwa seni ini (baik itu pelaku maupun penontonnya). Melihat hal semacam inilah maka sudah sangat jelas bahwa kesenian merupakan satu media yang signifikan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.
Kemampuan dan kesadaran semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kapasitas knowledgeable artist, seorang seniman yang memiliki kemampuan dan pengetahuan luas. Seorang seniman yang terus memelihara daya kreasi dan semangat inovasi, serta membuka diri terhadap berbagai kemungkinan. Siapapun yang ingin memberikan kontribusi yang berarti bagi kesenian, bagi kehidupan, dan bagi kemanusiaan secara luas, tak ada pilihan lain kecuali menumbuhkan kesadaran bahwa pergaulan global adalah sebuah keniscayaan. Kemudian setelah itu harus memiliki komitmen dan integritas yang dapat dipertanggung jawabkan.