Globalisasi
telah menjadi kenyataan yang tak terelakan. Dalam konteks percaturan budaya
global, kesadaran untuk mempertanyakan isentitas justru semakin besar. Inilah
hal yang mengiringi wacana tentang identitas (budaya) dalam globalisasi ini.
Dalam
arus besar ini, kesenian lokal yang sekaligus sebagai corong penanaman
nilai-nilai atau konsepsi-konsepsi sebagai satu unsur dalam kebudayaan lokal
akan semakin tersisihkan. Apalagi yang terjadi pada generasi muda, kebudayaan
barat akan semakin menindih kebudayaan lokal kita dalam diri mereka.
Maka
tidak heran jika sosok yang kita hadapi sehari-hari dilingkungan kita adlaha
sosok yang tidak teridentifikasi sebagai anak bangsa ini (gaya bicara, kosa
kata: semisal, “bajingan” dalam satu syair lagu populer, sopan santun, keramah
tamahan, pola pikir, cara berpakaian dan lain sebagainya).
Hal yang
harus dilakukan dalam menghadapi ini adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa
kekuatan lokal dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa
global) maupun global culture (budaya global). Kenyataan semacam itu hanya
mungkin jika tumbuh kesadaran untuk terus menerus membangun dialog, baik dalam
skala personal maupun komunal, antara yang lokal dan yang global, antara yang
traadisi dengan yang modern, dengan tendensi untuk saling melengkapi, dan
saling memperkaya.
Nah,
seni dalam jenis dan sifatnya adalah tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
hidup. Seni berkaitan dengan konsepsi ruang, waktu dan keadaan. Maka seni
selalu memunculkan nilai-nilai atau konsepsi-konsepsi yang ada dalam lingkungan
di mana ia berada. Di seluruh Indonesia terdapat ratusan nilai atau konsepsi
semacam ini. Di Jawa ada beberapa jenis nilai seperti tersebut diatas yang
sering diangkat sebagai tema karya seni. Di antara nilai-nilai itu termasuk
prinsip rukun, prinsip hormat, prinsip mamayu hayuning bawana, mamayu hayuning
bangsa, adigang adiguna sikap yang sombong, aja dumeh (jangan sok), ngono yo
ngono (begitu ya begitu tetapi jangan begitu) dan lain sebagainya.
Nilai-nilai
atau konsepsi-konsepsi yang terhadirkan dalam setiap tampilan kesenian, akan
memasuki relung-relung hati setiap manusia yang terlibat dalam peristiwa seni
ini (baik itu pelaku maupun penontonnya). Melihat hal semacam inilah maka sudah
sangat jelas bahwa kesenian merupakan satu media yang signifikan untuk
meningkatkan wawasan kebangsaan.
Kemampuan
dan kesadaran semacam itu hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki kapasitas knowledgeable
artist, seorang seniman yang memiliki kemampuan dan pengetahuan luas.
Seorang seniman yang terus memelihara daya kreasi dan semangat inovasi, serta
membuka diri terhadap berbagai kemungkinan. Siapapun yang ingin memberikan
kontribusi yang berarti bagi kesenian, bagi kehidupan, dan bagi kemanusiaan
secara luas, tak ada pilihan lain kecuali menumbuhkan kesadaran bahwa pergaulan
global adalah sebuah keniscayaan. Kemudian setelah itu harus memiliki komitmen
dan integritas yang dapat dipertanggung jawabkan.
No comments:
Post a Comment